Seorang anak sedang mengaji

“Ayah, Bangun Temani Saya Salat Subuh”

Cerita ini, sebenarnya sudah lama, tapi masih sesuai dengan kekinian. Ya, medio Oktober 2019, Tuan Guru bersama orang tua anak didik mengikuti Seminar Parenting digelar Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Andalusia di Dinas Pendidikan Kota Parepare.

Saat itu, Ustaz Hasan Mahido dari SDIT Arrahmah, Kota Makassar, menjadi pembicara, di hadapan orang tua dan guru, ia menceritakan pengalaman orang tua anak didiknya.

“Saya terharu, anak saya membangunkan saya dengan cara memukul-mukul kaki saya. Ayah, ayah bangun, temani saya salat di masjid. Saya bangun dan memeluknya,” cerita Ustaz Hasan.

“Saya menangis dan berterima kasih kepada anak saya. Sejak itu, saya selalu salat subuh bersama anak saya di masjid,” kata Ustaz Hasan Mahido, menirukan orang tua anak didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Arrahmah Makassar.

Ustaz Hasan mengajak, orang tua selalu bersyukur, seperti dicontohkan Rasulullah Saw dalam mendidik anak. Cara mendidik anak Rasulullah sudah sempurna.  Rasulullah mampu mendidik istri-istrinya, anaknya, dan cucunya dengan baik dan benar.

Saat ini, banyak orang tua kehilangan orientasi, gagal mencontohkan akhlak dan perilaku yang baik kepada anak-anaknya.

Ia mencontohkan, smartphone itu memiliki manual book agar bisa awet. Tapi, mendidik anak, tidak ada manual book. Jadi suami dan istri juga tak ada manual book.

“Makanya didiklah anak ibu dan bapak sesuai yang dicontohkan Rasulullah,” ajaknya.

Rasulullah mengajarkan, saat istri mau melahirkan, suami tak boleh jauh-jauh. Saat anak lahir, gendong dan dekaplah, azan di telinga kanan.

Saat usia 0-2 tahun berikan air susu ibu (ASI) eksklusif. Di usia 3 tahun perhatikan asupan gizi demi tumbuh kembang anak.

Saat usia kanak-kanak, akal pikirannya sudah mulai berkembang, biasanya mulai bertanya siapa yang menciptakan sungai, bumi, bintang dan langit.

Orang tua dan guru harus menjawab Allah Swt. Ajarkan dan contohkan cara mendirikan salat.

“Saat Idul Fitri, sekali-kali orang tua minta maaf kepada anaknya. Orang tua juga punya salah kepada anaknya,” ujarnya.

“Orang tua minta maaf, membuat orang tua mulia di hadapan anak-anaknya. Orang tua memberikan contoh dan teladan minta maaf kepada mereka,” jelasnya.

“Biasakan anak mencium tangan orang tua saat pergi sekolah. Orang tua harus peluk anaknya. Sempatkan sehari peluk anak kita, sampai remaja kita masih lakukan itu, menunjukkan kedekatan.”

“Saya tidak mau, anak saya bercerita masa lalu, bukan kebaikan dan kemuliaan orang tua yang dicerita,” katanya.

“Masa depan kita tergantung anak-anak kita sehingga harus mendapat perhatian menjadi kebanggaan di dunia dan mendapat syafaat di akhirat,” katanya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Parepare Dr KH Halim K, mengajak, orang tua agar mengajarkan anak-anaknya pendidikan agama dan akhlak.

“Saat anak bertanya sungai yang panjang siapa yang ciptakan, orang tua dan guru harus menjawab Allah. Kita mulai ajarkan, semua yang dilihat di depan mata semua diciptakan Allah,” kata Pembina SDIT Andalusia itu.

Semua kehidupan diatur oleh Allah. Kurikulum di sekolah sekuler tidak menghadirkan Tuhan. Anak ditanya ini mobil siapa yang ciptakan, dijawab Jepang. Pesawat siapa yang ciptakan, dijawab Jerman.

“Padahal yang menciptakan itu Allah, melalui pemikiran manusia,” katanya.

Menurutnya, mendidik anak, harus sesuai tuntunan agama, anak-anak diajari makan dan minum pakai tangan kanan.

Ada yang mengatakan pakai tangan kiri minum, karena tangan kanan kotor. Nasi itu tidak kotor. Inilah pentingnya pendidikan agama diajarkan sejak dini.

Banyak orang berilmu tinggi, tapi tidak menghadirkan Tuhan dalam ilmu sehingga menjadi sia-sia.

“Coba lihat banyak orang berilmu, tapi tertangkap penegak hukum, karena ilmunya kosong, tidak disinari ilmu agama,” katanya.

“Bekalilah anak-anak dengan ilmu agama, ilmu itu terbawa sampai dewasa, menjadi penerang dalam hatinya dan bisa menerangi kehidupannya, kelak,” nasihatnya. (*)

__Terbit pada
17 April 2021
__Kategori
Culture