Simpulan Perasaan
Ilustrasi. bocahbancar.wordpress.com
Selama penilain tengah semester (PTS) atau mid test berlangsung, Tuan Guru rutin mengecek kondisi anak didiknya dengan mengecek via grup whatshapp atau menelepon orang tua siswa agar mengerjakan soal PTS dengan baik dan benar.
Tuan Guru juga tiap hari menasihati anak didiknya agar tetap bersemangat belajar, maklum sudah satu tahun belajar tanpa bertatap muka dengan guru.
Salam sehat, semangat pagi. semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT aaminn.
Hari ketiga UTS semoga ananda semua tetap semangat mengikutinya. Saya paham kondisi ananda saat ini, sudah bosan belajar dari rumah selama satu tahun, tapi inilah yang terbaik.
Pembelajaran via online, lebih praktis, cukup membaca materi, bertanya, diskusi, mengerjakan tugas dan ulangan dengan bebas membuka buku, tanpa diawasi guru.
Memanfaatkan sumber daya yang ada, ananda tak perlu lagi minta uang jajan dan uang transport ke orang tua karena belajar dari rumah.
Saya juga sudah bosan dengan kondisi ini, tapi sekali lagi inilah yang terbaik untuk kita semua. Saya imbau ananda semua ikuti pengajaran, ulangan harian, PTS dengan baik.
Semua ini untuk kebaikan ananda semua. Gurumu akan bahagia dan tersenyum, ketika kelak di masa depan dia mendengar kamu sukses.
Saya juga yakin orang tuamu, ibu dan bapakmu di rumah pasti lebih bahagia jika ananda menjadi orang sukses di masa depan.
Nasihat ini untuk kebaikan ananda dan keluarga di masa depan, jadi belajarlah, ikuti nasihat guru.
Setelah nasihat diposting, di grup whatshapp, anak walinya bertanya mana soal untuk PTS hari ini. Tuan Guru mencari informasi di grup whatshapp guru.
“Saya sudah upload di grup mapel (mata pelajaran),” jawab teman sejawat Tuan Guru.
Setelah itu, teman sejawat Tuan Guru, mengirim pesan bahwa ia memantau kondisi peserta didik.
“Saya lagi diskusi, saya telah upload soal. Saya tak kabur Pak,” katanya.
“Siapa yang mengatakan Anda kabur. Saya tak pernah mengambil kesimpulan tanpa riset,” kata Tuan Guru.
“Maaf Pak, saya telah berpikir yang nggak, nggak. Lebih baik mencegah dari mengobati,” jawabnya.
Mengambil kesimpulan itu dilakukan dengan pengamatan, bisa juga menanya atau wawancara agar data yang terkumpul valid.
Data itu lalu diverifikasi, diolah, dikonfirmasi, dicek dan ricek. Baru diambil kesimpulan dan menjadi keputusan atau sikap yang bijak.
Keluhan Sohib
Bukan hanya anak didik yang mengeluh, tapi sohib Tuan Guru juga mengeluh menghadapi ragam sikap dan karakter anak didik.
“Anak-anak bermacam sikap dan karakternya, anak waliku mengaku tidak ada kouta, tapi dia wa pribadi saya. Dia tidak mau masuk room belajar,” keluhnya.
“Di room belajar tidak mau kerja tugas. Ada juga beberapa anak-anak absen saja baru hilang dari room belajar,” katanya.
“Ditagih tugas dan PTS, jawabannya saya lupa Bu. Saya telepon Hp tak aktif,” keluhnya.
“Ada juga kirim soal kembali ke gurunya. Dia mengaku, tak ada kuota, tapi kelihatan baru saja aktif dan update status di media sosial,” katanya. (*)