Catatan Kecil Gempa Sulbar
Dosen Fisika Geologi di KBK Fisika Bumi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM), Dr Muhammad Arsyad, MT, memberikan catatan kecil, tentang gempa tektonik yang mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar), sejak dua hari ini.
Innalillahi wainnailahi rajiun, Sulbar diguncang gempa mulai Kamis, 14 Januari, pukul 13.45 Wita dengan kekuatan 5,2 skala richter (SR). Gempa kembali mengguncang Sulbar, Jumat, 16 dini hari atau pukul 02.30 Wita dengan kekuatan lebih besar dengan magnitudo 6,2 SR.
Pusat gempa berdekatan dengan gempa pertama. Gempa susulan sebenarnya masih terjadi dengan intensitas yang terus menurun.
Rentetan gempa ini dipicu oleh sesar naik Mamuju memiliki magnitudo yang diperkirakan mencapai 7,0 SR dengan laju geser sesar 2 milimeter per tahun yang berada dalam satu bentangan dengan sesar Palu-Koro.
Bumi kita ini terdiri dari batuan yang kaku dan mempunyai daya tahan yang kuat. Akibatnya, gesekan dan kekakuan batuan, tidak bisa meluncur atau mengalir melewati satu sama lain dengan mudah dan kadang-kadang semua gerakan berhenti.
Ketika ini terjadi, stres menumpuk di bebatuan dan saat mencapai tingkat yang melebihi ambang ketegangan, energi potensial akumulasi disipasikan oleh pelepasan ketegangan, yang difokuskan ke sebuah bidang sepanjang di mana gerakan relatif tersebut ditampung.
Sehingga muncullah sesar di mana tegangan terjadi secara akumulatif atau instan, tergantung pada reologi dari batuan; kerak bawah dan mantel yang ductile mengakumulasi deformasi.
Secara bertahap melalui gaya geser, sedangkan kerak atas yang brittle bereaksi dengan fraktur – lepasan tegangan seketika – menyebabkan gerakan sepanjang sesar. Sebuah sesar dalam batuan ductile juga dapat lepas seketika ketika laju regangan terlalu besar.
Energi yang dilepaskan oleh lepasan tegangan-seketika menyebabkan gempa bumi, adalah fenomena umum di sepanjang batas transformasi. Indonesia berada di ring of fire Pasifik, sehingga gempa akan terus terjadi sehingga edukasi pada warga harusnya menjadi perhatian utama.
Bagaimana bersahabat dengan bencana, bangunan dan fasilitas umum dirancang hendaknya memerhatikan sejarah gempa di daerah itu. Sesar naik Mamuju ini adalah penyebab gempa pertama yang memicu tsunami pada 23 Februari 1969.
Gempa 1969, bermagnitudo 6,9 dan berpusat di kedalaman 13 km. Gempa ini memicu tsunami setinggi 4 meter yang menewaskan 64 orang dan merusak lebih dari 1.200 bangunan.
Artinya, bangunan harus dibuat dengan ketahanan melebihi kekuatan gempa yang pernah terjadi.
Pengembangan kota tidak berada dalam zonasi gempa adalah contoh bersahabat dengan bencana. Jika ini tidak dilakukan, maka alam jangan pernah disalahkan.(*)